Oleh WISNU SUDIBJO - Mahasiswa ITB
(Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Pembebasan Jabar)
TAHUN 2007 kemarin, bangsa ini menutup buku kerja penuntasan kemiskinan dengan menyisakan pekerjaan rumah yang masih sangat banyak. Seolah tidak akan pernah selesai, kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun malah semakin meningkat. Menurut data dari World Bank, dengan kriteria miskin adalah orang dengan penghasilan kurang dari 2 dolar Amerika per hari, maka di Indonesia terdapat sekitar 100 juta lebih orang miskin. Berbagai program pun telah diluncurkan oleh pemerintah seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) hingga Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Lalu, sebenarnya apa yang salah dengan usaha bangsa ini untuk mengentas dirinya dari belenggu kemiskinan?
Belenggu itu adalah lingkaran setan kemiskinan
Apabila ditinjau lebih jauh lagi persoalan kemiskinan ini, setidaknya akan didapati beberapa akar masalah yang harus segera dituntaskan. Dengan dituntaskannya akar masalah kemiskinan ini, akan tuntas pula semua permasalahan yang ditumbuhkan dari pangkal segala pangkal kemiskinan ini.
Akar masalah kemiskinan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut: Karena miskin, seseorang pasti memiliki pendapatan yang kecil. Karena pendapatannya kecil, daya beli informasi dan pengetahuannya, pastilah juga kecil. Daya beli pengetahuan dan informasi yang rendah ini, akan menyebabkan si miskin tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Pengetahuan yang kurang, akan menyebabkan produktivitas seseorang menjadi kecil. Karena produktivitasnya yang kecil inilah, ia akan jatuh miskin lagi.
Karena miskin, seseorang pasti hanya akan memiliki tabungan yang kecil. Tabungan yang kecil, akan membuat kepemilikan modal seseorang menjadi kecil pula. Kepemilikan modal yang kecil akan mengakibatkan produksinya rendah serta pendapatannya kecil. Karena pendapatannya kecil, ia akan jatuh miskin lagi.
Karena miskin, seseorang pasti hanya akan memiliki kemampuan konsumsi yang rendah. Kemampuan konsumsi yang rendah ini akan membuat seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan papan, sandang, dan pangannya secara layak. Hal ini juga akan berdampak pada buruknya status gizi seseorang. Seseorang dengan status gizi yang buruk hanya akan memiliki produktivitas kerja yang buruk pula. Dari rendahnya produktivitas inilah, produksinya juga akan rendah, dan sekali lagi ia akan jatuh miskin.
Bagaimana seharusnya?
Makna dari lingkaran setan kemiskinan tersebut adalah keharusan semua pihak terutama pemerintah untuk memiliki keinginan yang kuat memutus alur itu. Lingkaran itu tidak akan pernah terpotong apabila tidak ada satu bagian saja dari lingkaran tersebut yang dihilangkan. Dari pemikiran awal inilah, untuk menuntaskan problem kemiskinan di Indonesia setidaknya harus ada kebijakan-kebijakan sebagai berikut dari pemerintah.
1. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pembukaan lapangan pekerjaan.
2. Menggratiskan dan memajukan pendidikan.
3. Jaminan atas terpenuhinya kebutuhan primer masyarakat (papan, sandang, pangan).
4. Menggratiskan fasilitas kesehatan.
5. Pemberian modal gratis bagi usaha rakyat miskin.
Semua poin pengentasan kemiskinan di atas adalah hal yang sangat applicable atau sangat mungkin untuk direalisasikan. Buktinya adalah kejadian-kejadian nyata pada masa Rasulullah saw., para sahabat, dan khalifah-khalifah sesudahnya mengenai realisasi poin-poin di atas. Misalnya saja, Umar bin Khattab yang pernah memberikan sebidang tanah secara gratis kepada seseorang yang tidak memiliki tanah untuk bercocok tanam. Atau, pembiayaan pendidikan gratis yang diberikan oleh Rasulullah saw. dengan mengganti uang jaminan bebas para budak perang dengan pengajaran baca tulis gratis kepada kaum Muslimin.
Semuanya itu telah dilakukan oleh Rasulullah saw. dan juga orang-orang sesudahnya secara nyata. Pesimisme bahwa sekolah gratis dapat terwujud adalah hal yang tidak berdasar sama sekali. Begitu juga pemberian modal gratis tanpa cicilan bunga tiap tahun adalah hal yang sama sekali bukan mustahil. Permasalahannya adalah apakah pemerintah memang benar-benar memiliki keinginan yang kuat untuk menuntaskan kemiskinan ini? Sebab, selama tidak ada keinginan dan tekad yang kuat dari pemerintah, selama itu pula problem kemiskinan ini akan senantiasa ada.***
0 comments:
Post a Comment