Sunday, 30 December 2007 | |
Syabab.Com - Pengadilan Negeri wilayah Karaganda, Kazakhstan akhirnya menghukum sekurangnya 30 para pengemban dakwah dari gerakan Islam, Hizbut Tahrir. Para penguasa dzalim ketakutan kepada gerakan global yang ingin menyatukan negeri kaum Muslim di dunia ini. Padahal gerakan ini tak pernah sedikitpun melakukan tindak kekerasan. Sebuah ujian dakwah, menguji keimanan dan keikhlasan mereka. Asisten jaksa penuntut, Dauren Dyusembayev mengatakan 29 orang dikenakan hukuman 5-7 tahun penjara. Kepemilikan dari kesemilan para pengemban dakwah tersebut telah disitanya. Seorang muslimah dihukum 18 bulan penjara. Pengadilan menuduh mereka telah bersalah atas penyebaran leaflet dakwah dan menyebarkan beberapa literatur ekstrimisme, menghasut kebencian etnis dan agama, menyerukan serangan 'teroris', berpartisipasi dalam tindakan ekstrim dan aktivitas radikal. Padahal itu semua hanya dengan mengungkapkan gagasan ide Islam dan tidak pernah menggunakan tindakan kekerasan. Namun, dianggap bahaya bagi negeri bekas pecahan Uni Soviet ini. Leaflet Hizbut Tahrir mendesak untuk menjatuhkan pemerintahan di Asia Tengah dan membuat Khilafah Islamiyyah pada wilayah mereka, pendakwaan mengatakan demikian. Hizbut Tahrir sebuah organisasi politik internasional yang besar di dunia saat ini. Gerakan ini berdiri di al-Quds, Palestina pada 1953 yang hendak melanjutkan kehidupan Islam di bawah Khilafah Islamiyyah, sebuah institusi pemersatu umat Islam sedunia. Jaringannya tersebar luas di seantero negeri, baik Muslim maupun non Muslim. HT terbuka di Inggris, Australia, Palestina dan Indonesia. Sebuah Ujian Dakwah Apa yang terjadi di negari-negeri Asia Tengah yang kerapkali menangkap para pengemban dakwah merupakan kekalahan intelektual mereka dan ketidakmampuan mereka untuk berdebat secara intelektual dengan para pengemban dakwah tersebut. Akhirya mereka melakukan tindakan keji dalam rangka menghalangi dakwah penyebaran cahaya Islam tersebut. Para pengemban dakwah di negeri-negeri bekas pecahan Uni Soviet ini merupakan sebuah ujian keimanan mereka. Tidak jauh beda dengan apa yang pernah dialami oleh para Rasulullah Saw yang mulia dengan para sahabatnya saat berdakwah di Makkah. Ketika dakwah dalam rangka mengubah pemahaman yang rusak di tengah masyarakat digulirkan, para penguasa status quo yang dengki merasa terancam. Tidak aneh bila para pemimpin quraisy itu melancarkan berbagai cara dalam rangka menghalangi dakwah Islam. Mulai dari penganiayaan, propaganda negatif hingga pemboikotan menimpa para sahabat. Mengapa itu semua terjadi, padahal di sana ada kekasih Allah? Ternyata kita dapat memahami semua itu merupakan ujian bagi keikhlasan para pengemban dakwah tersebut. Pada puncak-puncak ujian tersbut, pertolongan Allah datang sehingga terbentuklah institusi Negara di Madinah. Siapa yang menjadi para pemimpin dan pelaksana negara yang akan menerapkan aturan Allah tersebut melainkan mereka para sahabat yang telah teruji keimanan dan keikhlasan mereka hanya kepada Allah. Walhasil, kita temukan para pejabat Khilafah tersebut memimpin hanya untuk menerapkan aturan Allah demi keridhoan-Nya. Berbeda halnya dengan para penguasa dan pejabat di jaman sekarang yang hanya untuk kepentingan mereka sendiri, walaupun harus mengorbankan rakyatnya. Para pengemban dakwah dari Hizbut Tahrir yang kita kenal dengan kecerdasan intelektualnya ini pun mengalami hal yang sama di negeri-negeri Asia Tengah. Di Uzbekistan, ribuan pengemban dakwah menjadi syahid. Mereka telah mendapatkan posisi setara dengan penghulunya syurga, Hamzah bin Abdul Muthalib. Di Kyrgistan dan Tajikistan pun banyak para pengemban dakwah tersebut yang ditangkap. Semoga Allah yang Mahakuasa menguatkan iman mereka dan menurunkan pertolongan-Nya sehingga Khilafah Islamiyyah segera tegak berdiri yang akan membebaskan negeri-negeri kaum Muslim dari cengkraman para penguasa yang rusak. Amin. |
Pesan
Tuesday, January 1, 2008
Untuk Menghentikan Dakwah Islam: 30 Pengemban Dakwah di Kazakhstan Akhirnya Dipenjarakan
Labels:
dunia islam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment