Tahun 2007 akan berakhir dan fajar tahun 2008 akan segera menyongsong. Banyak peristiwa sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya yang telah terjadi di negeri ini sepanjang tahun 2007. Untuk mengkilas balik semua itu serta menganalisanya dan mencari solusi yang mendasar dan komprehensif, maka Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)- Daerah Purworejo mengadakan Diskusi Publik Refleksi Akhir Tahun 2007 dengan tema ”Selamatkan Indonesia dengan Syariah Menuju Indonesia Lebih Baik”. Bertempat di Pendopo Kawedanan Kutoarjo, Refleksi Akhir Tahun 2007 diselenggarakan pada hari Minggu pagi tanggal 30 Desemer 2007 dan dihadiri oleh lebih dari seratus orang yang terdiri dari tokoh parpol, ormas, pendidik, mahasiswa, ibu rumah tangga, remaja dan sebagainya

Dalam sambutan pembukaannya, Humas HTI Daerah Purworejo H.M. Jazim Ratomi, S.Sos menyampaikan bahwa acara Refleksi Akhir Tahun 2007 yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia Daerah Purworejo bukan dalam rangka mencari kambing hitam, tapi untuk mencari solusi dari semua masalah yang dihdapi oleh negeri ini sehingga Indonesia menjadi negara yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghaffur. Humas HTI Daerah Purworejo memaparkan bahwa eksisnya negeri ini menjadi negeri yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghaffur karena adanya kesalahan sistem yang diterapkan dan pelaksana sistem yang kurang atau bahkan tidak amanah.

Bertindak sebagai pembicara adalah Drs. Ibrahim Riwanto (Pimpinan Daerah Muhammadiyah Purworejo), Mirza Satriawan, Ph.D (dosen UGM) dan Ust. Muhammad Naim Yasin (DPD HTI- Purworejo). Mendapat kesempatan pertama dalam mempresentasikan makalahnya, Drs. Ibrahim Riwanto memaparkan tentang kondisi umum Indonesia yang terpuruk. Keterpurukan itu menurut Beliau sebab utamanya adalah adanya banyak dosa, kebohongan multi-komplek, kebanyakan korupsi dan maksiat menjadi keprihatinan karena semua itu terjadi di negeri muslim terbesar di dunia. Hal itu masih juga terjadi karena menurut Drs. Ibrahim Riwanto sebagian besar penduduk Indonesia masih menjadi idntitas belaka atau lip servic. Oleh karena itu Beliau mengajak kaum muslimin untuk melakukn taubat nasional baik dari sisi aqidah maupun dari sisi keterikatan pada hukum syariah.

Melanjutkan pembicara I, pembicara II yakni Mirza Satriawan, Ph.D memaparkan bahwa umat Islam seharusnya menjadi khoiru ummah (umat yag terbaik) sebagaimana dinyatakan oleh Allah Swt. dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110. Sebagai negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia jika Indonesia mau menerapkan Syariah Islam secara sempurna di segala bidang kehidupan, maka Indonesia akan menjadi negeri yan sejahtera, adil dan barokah, lepas dari semua krisi multidimensi negeri ini yang selama ini membelit tiada henti.

Menyambung pembicara I dan II, Ust.M. Naim Yasin mengungkapkan bagaimana solusi Islam secara riil untuk menyelesaikan semua problematika kehidupan Beliau menjelaskan Islam sebagai agama kehidupan (the way of life) mempunyai Syariah dalam hal ibadah, busana, makanan, minuman, akhlak, uqubat (pidana), muamalah (interaksi dengan manusia lain) saat ini, paparnya umat Islam belum mau dan belum bisa terikat dengan Syariah yang diturunkan Allah Swt. karena belum tegak dengan sempurnanya ketkwaan individu, amar ma’ruf nahi munkar an belum tegaknya intitusi pemerintahan Islam (Daulah Khilafah Islamiyah) padahal, lanjut Ust.Yasin, seluruh umat manusia baik muslim maupun non muslim.

Dalam sesi dialog dan diskusi, banyak diantara peserta yang sangat antusias menungkapkan pertanyaan dan gagasan. Nampak sekali semangat Ukhuwah Islamiyah dan kepedulian terhadap problem-problem yang membelit negeri ini.

Di akhir acara, semua peserta saling bersalaman (pria dengan pria, wanita dengan wanita) sebagai perlambang pengukuhan Ukhuwah Islamiyah dan penyatuan semangat untuk menegakkan Syariah dan Khilafah.