Berita singkat

Pemeritah dan Panitia Anggaran DPR akhirnya sepakat belanja subsidi BBM 2009 akan menggunakan asumsi harga minyak sebesar 130 dolar AS per barel. Sedangkan bantalannya disetujui hingga 160 dolar AS per barel. Pemilihan Pilkada Bali rencananya resmi di mulai sekitar pukul 07.00 Wit, Rabu (9/7/2008). Cagub/cawagub yang bersaing adalah pasangan yang diusung Koalisi Kebangkitan Bali Gede Winasa-IGB Alit Putra, kandidat dari Partai Golkar Cokorda Budi Suryawan-Nyoman Gede Suwetha, serta jago PDIP Made Mangku Pastika-AA Ngurah Puspayoga. Sekitar 2-an juta rakyat Bali tercatat mempunyai hak pilih dalam Pilkada ini. Sebelumnya ikrar perdamaian telah diucapkan masing-masing pasangan. Sementara itu Pilkada Maluku juga digelar. Para kandidat memperebutkan 936.519 pemilih tetap pada 2.628 TPS yang tersebar di 7 kabupaten dan 2 kota di Maluku. Tercatat Karel Albert Ralahalu berpasangan dengan Said Assagaff. Mohammad Latuconsina dan Eduard Frans, dan Abdullah Tuasikal berpasangan dengan Septinus Hematang, serta pasangan Aziz Samual dan Lukas Uwuratuw. ITALIA.Menteri dalam negeri Italia, Roberto Maroni mengatakan, dia tetap akan menutup sebuah masjid yang kontroversial di Milan bulan depan, seperti rencana, meski Gereja Katholik menuduh dia bertindak seperti seorang fasis. Dalam wawancaranya dengan sebuah koran, Maroni mengatakan dia menjawab berbagai keluhan bahwa jamaah sholat di masjid kecil itu seringkali sampai tumpah ruah ke jalanan. Sementara gereja Katholik sudah menyatakan dukungan terhadap umat Islam itu, Masjid Jenner dulunya adalah sebuah garasi. Begitu kecilnya sehingga sholat Jumat sering harus digelar di jalan. Sejak ditetapkan sebagai Pusat Kebudayaan Islam tahun 1988, masjid itu terus membesar dan penduduk setempat mulai khawatir.

Pesan

Bagi anda yang berminat memasang opini dan liputan berita dapat mengirimkan teksnya/naskah ke alamat email kami di rizqi_group@yahoo.co.id dan 085294952165 Hadis riwayat Mujasyi` bin Mas`ud As-Sulami ra., ia berkata: Aku datang menghadap Nabi saw. untuk membaiat beliau untuk berhijrah. Beliau bersabda: Sesungguhnya hijrah telah berlalu bagi orang-orang yang telah melaksanakannya, tetapi masih ada hijrah untuk tetap setia pada Islam, jihad serta kebajikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan Adlan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Setelah itu, masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (H.R. Ahmad dan Baihaqi dari Nu’man bin Basyir dari Hudzaifah.)

Tuesday, November 11, 2008

Soeharto dalam iklan PKS

Ditulis oleh: Zain Rahman el-Palembani
(Direktur Light Institut, Direktur Media Islam)
Jangka waktu yang begitu panjang kampanye 2009 telah menyeret parpol yang ada untuk menggiatkan iklan dan sosialisasi kepada masyarakat terhadap partai mereka. Iklan-iklan politik pun bermunculan baik itu di media cetak, elektronik bahkan media internet. Dan paling terupdate adalah tayangan iklan partai politik PKS di sejumlah televisi nasional. Iklan politik PKS kali ini begitu menarik dan membuat pertanyaan besar. Salah satunya termuatnya gambar Soeharto sebagai guru bangsa.


Bukan apa-apa, penampilan wajah Soeharto dalam iklan tersebt dipermasalahkan. Walaupun Mahfudz Siddiq berdalih bahwa PKS mengambil sisi positip dari kepemimpinan Soeharto seperti BBM yang murah, rakyat miskin yang tidak lebih banyak dari saat ini, dan swasembada pangan. Alhasil kalau hanya melihat dari satu sisi yaitu hal-hal positif maka jelas Soeharto dapat dijadikan guru bangsa. Padahal makna guru yang berasal dari kosa kata jawa yaitu digugu dan ditiru seharusnya menjadi teladan, bahkan kehidupnya lebih banyak menjadi contoh masyarakat. Namun anehnya PKS yang dikenal sebagai partai dakwah ini mulai menampakkan kepragmatisannya terhadap dunia politik Indonesia. Karena saya rasa, para kader PKS dahulu kala semasa reformasi adalah termasuk berada dalam barisan terdepan dalam penurunan Soeharto sebagai Presiden RI.
Apalagi kalau kita melihat film Sang Murabbi di mana dahulu kader-kader PKS melakukan gerakan sembunyi-sembunyi dalam aktivitas politiknya karena begit ketatnya dan kerasnya Soeharto. Selain itu Soeharto yang beraliran islam kejawen yang tidak selaras dengan apa yang dikumandangkan oleh PKS sendiri yaitu islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-sunnah. Bahkan sejumlah wartawan istana pernah berujar bahwa beberapa waktu Soeharto jarang melaksanakan shalat.
Selain itu kasus-kasus yang melukai hati ummat muslim semasa Soeharto seharusnya menjadi ibrah bagi kita, bahwa kepemimpinan Soeharto bersifat diktator dan dzalim. Kita mungkin masih terpikirkan dengan kasus Talangsari, Lampung ataupun operasi militer Gerakan Aceh Mereka dan juga menimbulkan derita berkepanjangan masyarakat Aceh, dan tentunya kasus Tanjung Priok yang entah bagaimana penyelesaiannya hingga saat ini. Ataupun kasus-kasus tragedi lainnya semisal kasus 27 Juni, Kasus Timor Leste, petrus, dankasus-kasus lainnya. Bahkan disinyalir Soeharto berada di balik G30S/PKI serta orang penting dibalik ketidak jelasan Supersemar.
Mungkinkah PKS yang dahulu beigtu gigih dalam ideologinya telah mengalami perubahan strategi dan hanya berupaya meraup suara sebesar-besarnya hanya untuk kemenangan Pemilu 2009. Padahal seharusnya PKS sebagai partai dakwah menjadikan dan menomor satukan dakwah kemenangan hanya untu ksyiar penegakan syariat Islam. Bahkan tampaknya mayoritas penegakan perda-perda Syariat di beberapa daerah bukan disuarakan oleh PKS melainkan oleh partai Nasionalis seperti Golkar. Hal yang aneh tentunya jika pergerakan dakwah yang diusung PKS tetap bertumpu pada penegakan syariat namun pada faktanya belum mampu memberikan warna di Dewan perwakilan Rakyat baik itu di DPR, DPRD 1 dan DPRD II. Benarkah saat ini PKS telah mengalami perubahan arah orientasi mereka di DPR yang hanya menuntut perebutan kekuasaan belaka, benarkah saura-sara mereka di DPR hanya sekedar mengiyakan dan menidakkan sesuatu padahal kalau dilihat UU yang dikelarkan selama ini benar-benar tidak memperlihatkan nilai-nilai keislamannya ?


Read more...

Sunday, October 5, 2008

www.rizqiawal1924.wordpress.com

Pengumuman nih... Seiring berjalannya waktu, aku pun telah jatuh hati pada yang lain. Sehingga kini Zain Rahman office (ce ileee bahasanya pakai office2an segala telah mempunyai 2 blog. Yang pertama tetap ini. (Masih setia kok !) Insya Allah, blog ini akan saya dedikasikan mengenai informasi dan perekmbangan dunia islam saja. Sementara itu blog saya yang satu lagi bernama www.rizqiawal1924.wordpress.com
Titik fokus saya di website iin lebih bercerita curhat dan pengalaman harian saya. Baik itu selaku aktivis masjid, Mahasiswa, serta seorang trainer utama di sebuah lembaga trainer "The Power of Istiqomah" Manhaj Istiqomah. Doakan saja tetap dibimbing dalam keistiqomahan. Amiiin.




Read more...

Iklan Islam di Bus Amerika

Iklan yang dipajang di bus di Amerika membangkitkan orang “mempelajari” Islam. Sederhana namun memikat perhatian

Hidayatullah.com--Sebuah iklan tentang Islam yang sederhanya memikat perhatian banyak orang di jalanan. "Q: Islam. A: You deserve to know". (Pertanyaan: Islam. Jawaban: Anda pantas mengetahuinya). Juga disertai nomor telepon dan situs website.

Iklan seperti ini kini dipasang di beberapa bus metro di beberapa kota di Amerika. Bagi Bilal Aijazi, seorang pengembang piranti lunak Bellevue, iklan seperti itu dimaksudkan untuk membangkitkan percakapan tentang Islam dan mengarahkan orang-orang agar mendapatkan informasi tentang Islam.

Sebagai seorang Muslim, Aijazi kadangkala menjadi tempat bertanya bagi setiap orang yang ingin tahu tentang Islam. Khususnya selama bulan puasa ini, banyak orang bertanya kepadanya tentang alasan mengapa orang Muslim harus berpuasa selama Ramadhan.

Ia pun juga mendapatkan pertanyaan lain seperti mengapa ada wanita Muslim yang memakai jilbab dan apakah orang Muslim memaafkan terorisme.

"Kami seringkali merasa bahwa orang Muslim tidak punya pilihan," ujar Aijazi, salah satu dari enam orang yang ikut mengoordinir upaya lokal untuk memasang iklan itu di luar badan enam bus metro dan di dalam sekitar 25 bus metro.






Hingga kini sudah sekitar 10 orang Muslim setempat yang ikut berkontribusi untuk menyumbang dana kampanye pemasangan iklan senilai hampir 5.000 dolar AS.

"Ini hanyalah salah satu cara untuk menyediakan sumber informasi tentang Islam dari orang Muslim itu sendiri kepada masyarakat," tambahnya.

Iklan ini dijadualkan tetap dipasang hingga November nanti. Iklan sederhana namun memicu keingintahuan orang itu adalah hasil rancangan dari kelompok yang disebut Islamic Circle of North America (ICNA).

Mereka yang tertarik untuk mengetahui informasi itu bisa menghubungi nomor telepon yang bebas biaya dan situs website yang disponsori grup ini. ICNA adalah sebuah LSM yang berbasis di New York yang bertujuan untuk mendidik masyarakat tentang Islam dan memiliki 22 cabang di seluruh wilayah Amerika.

Iklan ini dipasang di bus-bus metro di Seattle, New York dan Chicago. Pihak sponsor juga berencana untuk memasang iklan serupa di berbagai angkutan umum tahun ini juga.

Iklan di bus ini tidak memicu kontroversi di Kota Seattle. Namun di New York, iklan itu mendapat keberatan dari seorang tokoh bernama Peter King dari kubu Republik. Ia mendesak agar pihak pengelola jalur kereta api bawah tanah agar tidak memasang iklan seperti itu. Padahal ICNA berencana untuk memasang sekitar 1.000 iklan serupa di jalur subway pada akhir bulan ini. [iol/htb/www.hidayatullah.com]
Read more...

Monday, September 29, 2008

Idul Fitri, Cinta dan Renungan

Seluruh umat muslim dunia, menyambut datangnya hari raya idul fitri ini. Di Indonesia, tradisi idul fitri tidak lepas dari yang namanya mudik. Kesibukan mudik inilah yang seharusnya, menajdi pedoman acuan kita, bahwa betapa ramainya manusia yang rela berjalan jauh hanya untuk bertemu dengan sanak-saudaranay hanya untuk sialturahim dan bermaaf-maafan. Seharusnya, ini menjadi momentum tepat bagi elite politik yang selama ini saling menjatuhkan satu sama lainnya.
Idul Fitri menjadi identitas renungan yang akan menunjukkan akankah kepribadian kita akan tetap berada dalam jalur ramadhan setelah berlalu, atau justru seperti hari-hari pra-Ramadhan yang terkadang berulah dan bersikap tidak manusiawi. Idul fitri pula yang akan menjadi identitas cinta, yang melahirkan persatuan ummat. Bukankah selama ini negeri ini hidup dalam bayangan waspada dan saling mencurigai satu sama lainnya, bahkan sifat asli masyarakat Indonesia, telah terkubur dari sifat saling curiga.
Idul Fitri juga menjadi identitas apakah seluruh pihak, benar-benar menyadari bahwa sudah saatnya kita merubah pola pikir dan pola sikap untuk disemai menjadi pribadi mulia, agar tercipta kehidupan sejahtera dan makmur. Serta sudah selayaknya kita memperbaiki segala sistem buruk negeri ini, agar momentum idul fitri ini bukan bersifat ceremonial belaka, namun menjadi awal dari perubahan bersama




Read more...

Monday, September 22, 2008

Kembali Ke Fitrah, Kembali Meraih Kemenangan

[Edisi 423]. Alhamdulillah, sudah selayaknya kita banyak bersyukur kepada Allah SWT, karena kita telah berhasil melewati hari-hari Ramadhan hingga memasuki bagian akhir bulan yang penuh berkah ini. Sebentar lagi kita pun akan menyambut satu hari yang indah, Idul Fitri. Namun, kita pun sepatutnya banyak beristigfar, karena boleh jadi—meski ini jelas tidak kita harapkan—ibadah shaum pada hari-hari Ramadhan yang kita lewati itu tidak mengantarkan kita untuk meraih derajat takwa sebagai hikmah dari kewajiban puasa yang telah Allah titahkan kepada kita.

Karena itu, sebelum Ramadhan benar-benar meninggalkan kita, dan Idul Fitri hadir di tengah-tengah kita, sejatinya kita banyak bertafakur dan melakukan muhâsabah (instrospeksi diri): Layakkah kita bergembira merayakan Idul Fitri, yang sering dimaknai sebagai ‘kembali ke fitrah’ dan juga sebagai ‘hari kemenangan’? Pertanyaan ini penting kita jawab dengan jujur, agar kita meninggalkan bulan Ramadhan ini tanpa kesia-siaan serta merayakan Idul Fitri nanti tanpa kehampaan.


Kembali ke Fitrah

Idul Fitri sering diterjemahkan sebagai ‘kembali ke fitrah’. Secara bahasa, fithrah berarti al-khilqah (naluri, pembawaan) dan ath-thabî‘ah (tabiat, karakter) yang diciptakan Allah Swt. pada manusia. (Jamaluddin al-Jauzi, Zâd al-Masîr, VI/151; az-Zamakhsyari, al-Kasysyâf, III/463).

Karena itu, secara bahasa Idul Fitri bisa diterjemahkan sebagai ‘kembali ke naluri/pembawaan yang asli’. Di antara naluri/pembawaan manusia yang asli adalah adanya naluri beragama (gharîzah at-tadayyun) pada dirinya. Dengan naluri ini, setiap manusia pasti merasakan dirinya serba lemah, serba kurang dan serba tidak berdaya sehingga ia membutuhkan Zat Yang Mahaagung, yang berhak untuk disembah dan dimintai pertolongan. Karena itulah, secara fitrah, manusia akan selalu membutuhkan agama yang menuntun dirinya melakukan penyembahan (‘ibâdah) terhadap Tuhannya dengan benar. Itulah Islam sebagai satu-satunya agama dari Allah, Tuhan yang sebenarnya. Konsekuensinya, sesuai dengan fitrahnya pula, manusia sejatinya senantiasa mendudukkan dirinya sebagai hamba di hadapan Tuhannya, Allah SWT, Pencipta manusia.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa kembali ke fitrah—sebagai esensi dari Idul Fitri—adalah kembalinya manusia ke jatidirinya yang asli sebagai seorang hamba di hadapan Allah sebagai Tuhannya. Menurut Imam Ja’far ash-Shadiq, seorang Muslim yang mengklaim sebagai hamba Allah mesti menyadari bahwa: (1) apa yang ada pada dirinya bukanlah miliknya, tetapi milik Allah; (2) tunduk, patuh dan tidak pernah membantah setiap perintah Allah; (3) tidak membuat aturan sendiri kecuali aturan yang telah Allah tetapkan untuk dirinya.

Membuang Sekularisme: Wujud Kembali ke Fitrah

Dengan memaknai kembali ke fitrah sebagai ‘kembali pada kesadaran sejati sebagai seorang hamba’, sudah sepatutnya kaum Muslim yang ber-Idul Fitri membuang jauh-jauh sekularisme. Mengapa? Sebab, sekularisme justru menjauhkan diri manusia dari kedudukannya sebagai seorang hamba Allah. Bahkan sekularisme menempatkan manusia sejajar dengan Tuhan.

Pasalnya, sekularisme pada dasarnya adalah akidah yang hanya mengakui Tuhan dari sisi eksistensi (keberadaan)-Nya saja, tidak mengakui otoritas (kewenangan)-Nya untuk mengatur manusia. Dengan kata lain, sekularisme hanya mengakui keberadaan agama, tetapi menolak kewenangan agama untuk mengatur kehidupan. Dalam pandangan sekularisme, hak mengatur manusia atau hak membuat aturan bagi kehidupan manusia mutlak ada pada manusia itu sendiri, bukan pada Tuhan/agama. Hak ini kemudian mereka wujudkan dalam demokrasi, yang menempatkan kedaulatan manusia (kedaulatan rakyat) di atas kedaulatan Tuhan.

Dari sini lahirlah ideologi Kapitalisme, yang berisi seperangkat aturan yang khas, yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Saat ini, justru Kapitalismelah—dan bukan Islam—yang diterapkan di tengah-tengah kehidupan umat Islam saat ini, termasuk di negeri ini.

Padahal fakta telah membuktikan bahwa peratuan–peraturan yang dibuat manusia—karena lebih didasarkan pada kecenderungan dan hawa nafsunya—telah melahirkan banyak ekses negatif, kerusakan dan kekacauan. Itulah yang terjadi saat ini ketika hak membuat aturan/hukum diberikan kepada manusia (rakyat) melalui mekanisme demokrasi. Mahabenar Allah yang berfirman:

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki. Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?! (QS al-Maidah [5]: 50).

Karena itu, perayaan Idul Fitri—yang dimaknai sebagai kembali ke fitrah itu—sudah sepatutnya dijadikan momentum untuk membuang sekularisme, yang memang telah menjauhkan manusia dari fitrahnya yang hakiki sebagai hamba Allah.

Hari Kemenangan

Idul Fitri juga sering disebut sebagai hari kemenangan. Artinya, kaum Muslim yang telah berhasil melaksanakan ibadah shaum selama Ramadhan dianggap sebagai kaum yang meraih kemenangan. Persoalannya, shaum seperti apa yang bisa mengantarkan kaum Muslim menjadi kaum yang menang? Tentu shaum yang berkualitas, sebagaimana yang dilakoni oleh Rasulullah saw. dan para Sahabat. Shaum Rasulullah saw. dan para Sahabat tidak hanya memberikan kemenangan kepada diri mereka secara individual dalam melawan hawa nafsu dan setan selama bulan Ramadhan, tetapi juga memberikan kemenangan kepada kaum Muslim secara kolektif dalam melawan musuh-musuh Islam. Mereka dan generasi gemilang sesudahnya justru sering mencatat prestasi gemilang pada bulan Ramadhan. Beberapa peperangan yang dimenangkan kaum Muslim seperti Perang Badar, Fath Makkah (Penaklukan Makkah) atau Pembebasan Andalusia terjadi pada bulan Ramadhan.

Kemenangan Perang Badar telah memperkuat posisi kaum Muslim di dunia internasional saat itu, terutama di Jazirah Arab; bahwa negara baru yang dibangun kaum Muslim, Daulah Islam, adalah negara kuat yang tidak bisa disepelekan. Kondisi ini tentu memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara Daulah Islam.

Bandingkan dengan kondisi kaum Muslim saat ini. Negeri-negeri Islam terpecah-belah menjadi beberapa negara kecil yang lemah. Kondisi ini membuat musuh-musuh Allah dengan gampang dan sombong membantai dan membunuh kaum Muslim serta mengekspolitasi kekayaan alamnya dengan rakus; tanpa ada pelindung sama sekali.

Perang Badar juga secara internal telah membuat pihak-pihak di dalam negeri Daulah Islam—orang-orang Yahudi, musyrik dan munafik—takut untuk berbuat macam-macam terhadap Daulah Islam. Bandingkan dengan keberadaan orang-orang kafir dan antek-antek Barat saat-saat ini di Dunia Islam. Mereka berbuat makar dan kekejian seenaknya. Di negeri-negeri Islam, orang-orang kafir yang didukung oleh para penguasa yang menjadi antek-antek penjajah, membuat berbagai kebijakan yang merugikan rakyat dengan bebasnya.

Futûhât juga telah memberikan kebaikan yang luar biasa bagi umat manusia. Lewat futûhât ini dakwah Islam diterima dengan mudah oleh manusia. Futûhât ini juga telah menjadi jalan bagi diterapkannya syariah Islam di seluruh kawasan dunia. Lewat penerapan syariah Islam inilah seluruh warga negera Daulah Islam, baik Muslim maupun non-Muslim, mendapat kebahagian, kesejahteraan dan keamanan. Peradaban Islam pun kemudian menjadi peradaban unggul.

Karena itu, ada beberapa hal yang wajib kita teladani dari shaum generasi Sahabat ini.

Pertama: para Sahabat tidak hanya melakukan tadarus al-Quran (baik di bulan Ramadhan maupun di luar itu), tetapi juga mengamalkannya. Sebab, para Sahabat memahami bahwa membaca al-Quran adalah sunnah, sementara menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup mereka adalah wajib. Mereka sangat menyadari bahwa al-Quran harus menjadi dasar konstitusi kaum Muslim.

Kedua: para Sahabat tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala hal yang diharamkan oleh Allah; tidak berdusta, tidak berbuat batil, tidak membuat kerusakan dan tentu saja tidak berhukum pada selain hukum Allah Swt. Mereka tidak seperti kaum Muslim saat ini, yang justru masih berhukum pada perundang-undangan dan sistem kufur yang bersumber dari sekularisme.

Ketiga: para Sahabat telah nyata-nyata menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan tobat. Tobat mereka adalah tawbah nasûhâ, tobat yang sebenar-benarnya. Seharusnya saat ini pun kaum Muslim, yang telah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan tobat, tidak lagi melakukan maksiat meski Ramadhan telah berlalu. Maksiat terbesar yang harus segera ditinggalkan kaum Muslim saat ini adalah ketika mereka tidak menerapkan hukum-hukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan akibat ketiadaan Daulah Khilafah Islam di tengah-tengah mereka. Ketiadaan Daulah Khilafah juga berarti umat ini tidak memiliki pelindung dari musuh-musuh Allah.

Karena itu, dalam momentum Idul Fitri ini, yang berarti kembali ke fitrah, sudah selayaknya kaum Muslim segera kembali menerapkan semua aturan-aturan Islam (syariah)—yang memang sesuai dengan fitrah manusia—dalam semua aspek kehidupan. Sebaliknya, sudah selayaknya kaum Muslim segera meninggalkan berbagai aturan kufur yang berasal dari sekularisme, yang nyata-nyata bertentangan dengan fitrah manusia, dan terbukti banyak menyengsarakan umat manusia.

Karena itu, pada Hari Kemenangan ini, sudah sepatutnya pula kita berjanji kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum Muslim untuk mengerahkan segenap upaya, secara damai, demi tegaknya Khilafah dan syariah Islam. Kita memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT agar menolong kita untuk mewujudkan hal ini sehingga kaum Muslim merasakan kegembiraan yang hakiki karena meraih kemenangan yang juga hakiki, sebagaimana digambarkan Allah SWT dalam firman-Nya:

وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُون بِنَصْرِ اللهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

Pada hari (kemenangan) itu bergembiralah kaum Mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (QS ar-Rum [30]: 4-5).

[]

KOMENTAR:

21 Tewas Saat Pembagiaan Zakat (Kompas, 16 September 2008)

Innalillâhi wa inna ilayhi raâji’ûn. Allahumaghfir lahum warhamhum wa ‘âfihim wa’fu ’anhum.

UCAPAN SELAMAT:

Pimpinan dan Seluruh Jajaran Redaksi Buletin AL-ISLAM mengucapkan:

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ صِيَامَنَا وَ صِيَامَكُمْ، وَ كُلُّ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ وَلَكِنَ الْعِيْدَ لِمَنْ طَاعَتُهُ تَزِيْدُ

Idul Fitri bukanlah diperuntukkan bagi mereka yang mengenakan segala hal yang serba baru. Namun, Idul Fitri dipersembahkan kepada mereka yang ketaatannya kepada Allah bertambah.

Read more...

Saturday, September 13, 2008

56 Caleg NAD Gagal Tes Baca Al-Quran

Lebih dari 56 calon anggota legislatif (caleg) DPR Aceh tidak lulus baca Al-Quran. Sebelumnya sudah 872 orang menjalani Komisi Independen Pemilihan (KIP) NAD

Hidayatullah.com--Jumlah bakal calon anggota legislatif (caleg) DPR Aceh yang tidak lulus baca Al-Quran bertambah menjadi 56 dari 872 orang yang telah menjalani tes yang diselenggarakan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Ketua kelompok kerja pencalonan KIP Provinsi NAD, Yarwin Adidarma di Banda Aceh, Kamis (11/9), mengatakan pada hari ketiga sebanyak 872 orang dari 31 partai politik sudah menjalani tes mampu baca Al-Quran.

"Dari jumlah itu, 56 orang di antaranya tidak lulus, sehingga mereka gagal menjadi caleg peserta Pemilu 2009," katanya.

Pada hari pertama, Senin (8/9), yang diikuti 422 orang bakal caleg 25 orang di antaranya tidak lulus, hari kedua yang diikuti 155 orang hanya tujuh orang tidak lulus, dan hari ketiga yang diikuti 305 orang tidak lulus 23 orang.

"Mereka yang tidak lulus sudah kita beritahu melalui surat kepada masing-masing pribadi," kata Yarwin.

Menurut Yarwin, para bakal caleg yang tidak lulus itu memang sama sekali tidak mampu membaca ayat-ayat suci Al-Quran, padahal penilaiannya sangat mudah, yakni hanya ketepatan membaca huruf dan baris, serta adab, yang masing-masing memiliki bobot nilai 40, 40 dan 20.

"Sebenarnya, sebelum membaca saja, para peserta sudah mendapat nilai 20, tinggal mencari 30 lagi dari ketepatan membaca huruf dan baris untuk mencapai nilai minimal 50 untuk bisa lulus. Tetapi itu pun ada yang tidak bisa," ujarnya.

Disebutkan, KIP sudah berusaha agar tes mampu baca Al-Quran ini bisa dilakukan seringan mungkin, agar semua bakal caleg bisa lulus.

Sementara pada hari keempat, uji mampu baca Al-Quran diikuti sekitar 400 orang dari 11 partai, termasuk empat partai lokal Aceh.

Selanjutnya, pada hari Jumat (12/9) di tempat yang sama akan dilakukan tes mampu baca Al-Quran bagi bakal caleg yang pada hari pertama dan keempat berhalangan, sebanyak 162 orang.

Sebagaimana diketahui, uji mampu baca Al-Quran merupakan syarat bisa tidaknya lulus menjadi caleg untuk DPR Aceh. Ujian ini dilakukan oleh Tim yang terdiri dari unsur independen untuk menjamin kemurniannya oleh KIP. Bakal calon anggota legislatif (caleg) DPR Aceh yang diuji ini diajukan 11 dari 43 partai.[inl/cha/www.hidayatullah.com]


Read more...

Friday, September 5, 2008

Apakah Jumlah Penduduk Menjadi Penyebab Kemiskinan, Krisis Pangan, dan Kerusakan Lingkungan?

Pertanyaan :

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Ustadz, Apakah jumlah penduduk dunia telah terlalu banyak (over populated) ? Bukankah jika jumlah penduduk dunia terlalu banyak dapat menyebabkan kemiskinan, kerusakan lingkungan, dan konflik sosial kemasyaratan dan krisis pangan ?

Jika benar, berarti kita harus mengurangi jumlah penduduk dunia ! Mohon penjelasannya….

Wassalam



Jawaban :

Wa’alaikum Salam Wr. Wb.

Bismillahirrohmanirrohim, assholatu wassalamu ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbih wa man tabi’ahum bi ihsanin ila yaumiddin, amma ba’du,

Saudara penanya, pertumbuhan populasi yang meningkat sering dijadikan kambing hitam sebagai sebab langkanya pangan. Kesimpulan ini diyakini sebagai sebab adanya kemiskinan, kerusakan lingkungan, dan konflik sosial kemasyaratan. Pembangunan ekonomi di dunia ketiga tidak akan berhasil apabila angka pertumbuhan populasi tidak dikontrol. Itu sebabnya lembaga internasional dan pemerintahan mengembangkan dan menerapkan strategi untuk mengontrol angka pertumbuhan di dunia ketiga. Meledaknya angka populasi ini dinamai ‘over’, berimplikasi pada penggunaan sumber daya yang habis-habisan untuk menunjang besarnya pertumbuhan populasi tersebut dan mengakibatkan ketidakstabilan global.

Ketika asumsi-asumsi tersebut dicermati, maka tampaklah bahwa populasi bukanlah kambing hitam yang selama ini dipercaya, namun justru agenda politik yang menyebabkan bencana dibanyak belahan dunia. Agenda ini bermaksud untuk mengalihkan masyarakat awam dari faktor penyebab yang sesungguhnya yaitu gaya hidup, konsumerisme, pemiskinan, dan penindasan dunia ketiga oleh dunia barat.

Saudara penanya, Negeri-negeri maju seperti Jepang, Rusia, Jerman, Swiss dan Eropa Timur saat ini mengalami dilemma seperti menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk karena rendahnya angka kelahiran. Negara-negara di Barat lainnya juga pasti akan mengalami penurunan populasi kalau saja tidak adanya imigrasi dari penduduk negeri lainnya. Menurunnya jumlah penduduk di Barat dibandingkan dengan negeri-negeri lain seperti negeri dunia Islam, menyebabkan penduduk di negeri muslim memiliki hak suara yang lebih tinggi dalam percaturan kelembagaan internasional karena populasinya yang meninggi.

Isu tentang jumlah populasi ini sering digunakan untuk menjatuhkan negeri yang berpopulasi besar sehingga bisa mengurangi ancaman pengaruh dari negeri tersebut di masa mendatang. Contohnya, Turki. Kalau saja Turki bisa masuk ke dalam keanggotaan Uni Eropa, jumlah penduduk Turki sebesar 70 juta jiwa adalah jumlah kedua terbesar di parlemen Eropa. Lebih jauh lagi, demografi Turki akan menyalip Jerman dalam jumlah perwakilan di parlemen Eropa pada tahun 2020. Keanggotaan Turki juga akan mempengaruhi arah masa depan Uni Eropa seperti rencana perluasan, sebagai dasar penolakan Valery Giscard d’Estaing dari Perancis terhadap masuknya Turki ke Uni Eropa (”The ins and outs: The EU’s most effective foreign-policy instrument has been enlargement. But how far can it go?” The Economist, March 2007, http://www.economist.com/research/ articles BySubject/displaystory.cfm?subjectid=682266&story_id=8808134). D’estaing mengatakan bahwa masuknya Turki akan berlanjut pada keinginan Maroko untuk ikut bergabung pula.

Walhasil, dunia ini sebetulnya tidak atau belum mengalami ledakan populasi (over populated). Hanya Dunia Barat saja yang rakus. Dunia Barat telah mengkonsumsi 50% dari sumber daya alam terpenting abad ke 21, tapi hanya memproduksi kurang dari 25% saja. Kerakusan Barat ini jauh melampaui kebutuhan Cina dan India terhadap energi. Khususnya, AS hanya memproduksi 8% minyak, namun mengkonsumsi 25% jumlah minyak yang ada. Jumlah penduduk Barat sekitar 20% dari populasi dunia, namun menghabiskan 80% dari produksi pangan. Kerakusan merupakan salah satu karakteristik diterapkannya sistem ekonomi kapitalistik sebagaimana tersirat dalam buku “The Wealth of Nation”-nya Adam Smith. [ ]

M. Sholahuddin, SE, M.Si adalah dosen tetap Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Direktur Pusat Studi Ekonomi Islam UMS, Kepala Laboratorium Manajemen UMS. Penulis beberapa buku ekonomi Syariah ini menyelesaikan pendidikan master bidang ekonomi dan keuangan Syariah pada Universitas Indonesia (2005). Selain aktif mengajar, research, dan mengikuti berbagai seminar ekonomi Syariah, Sholahuddin juga giat berdakwah bersama Hizbut Tahrir. Saat ini memegang amanah sebagai HUMAS HTI Soloraya.
Read more...

Mengakhiri Krisis Migas

[AL-ISLAM Edisi: 421] Kita masih terus disuguhi informasi melalui media televisi tentang antrean masyarakat yang berjuang memperoleh beberapa liter minyak tanah. Pada saat yang sama, konversi (pengalihan) minyak tanah ke gas juga tidak berjalan mulus. Saat ini, gas 3 kg yang diperuntukkan bagi masyarakat sebagai hasil dari konversi, harganya terus melejit. Di beberapa daerah ada yang sudah mencapai Rp 18 ribu pertabung. Bahkan untuk gas yang 12 kg, harganya sudah berkisar Rp 80 ribu-100 ribu pertabung. Selain harganya yang terus merangkak naik, pasokan gas juga akhir-akhir ini bermasalah. Wajar jika, selain harganya sangat mahal, sebagian masyarakat juga kesulitan untuk mendapatkan gas.




Konversi (pengalihan) minyak tanah ke elpiji bagi masyarakat dirasakan tidak efisien dan menimbulkan masalah karena beberapa alasan: Pertama, dari aspek fisik. Minyak tanah bersifat cair sehingga transportasinya mudah, pengemasannya mudah, dan penjualan dengan sistem eceran pun mudah. Masyarakat kecil, misalnya, bisa membeli minyak tanah hanya 0,5 liter dan mereka dapat membawanya sendiri dengan mudah. Kondisi ini tak mungkin bisa dilakukan untuk pembelian elpiji karena elpiji dijual pertabung. Masyarakat jelas tidak mungkin bisa membeli elpiji hanya 0,5 kg, lalu membawanya dengan plastik atau kaleng susu bekas. Kedua, dari aspek kimiawi. Elpiji jauh lebih mudah terbakar (inflammable) dibandingkan dengan minyak tanah. Karena itu, kita memang layak mempertanyakan sejauh mana efektivitas dan keamanan kebijakan konversi tersebut. Ketiga, minyak dan gas mulai menghilang di pasaran. Kalaupun ada, harganya sangat tinggi sehingga masyarakat tak sanggup membelinya. Di beberapa daerah harga minyak tanah ada yang menembus Rp 8 ribu-12 ribu/liter, dan harga gas 3 kg berkisar Rp 15 ribu-18/tabung. Bagi rakyat kecil, membeli bahan bakar sebesar itu jelas sangat memberatkan. Dari aspek ini, kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji jelas bermasalah.

Jika alasannya untuk mengurangi subsidi dan memanfaatkan gas produksi dalam negeri guna memenuhi kebutuhan energi nasional, mengapa Pemerintah tidak mengkonversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD, yang memakai solar) dengan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG)? Konversi dari PLTD ke PLTG bisa dilakukan dengan menambah alat converter di mesin-mesin pembangkit listrik. Bahkan sebagian mesin di PLTD bisa dioperasikan dengan solar ataupun gas. Saat ini, misalnya, akibat pemakaian solar, subsidi Pemerintah untuk PLN mencapai Rp 25 triliun. Jika memakai gas, subsidi itu nyaris nol dan Pemerintah bisa mengkonversi subsidi tersebut untuk membangun pusat-pusat pembangkit listrik di wilayah-wilayah lain yang kekurangan pasokan listrik.

Secara nasional, misalnya, PLN hanya memasok listrik 54 persen dari kebutuhan penduduk Indonesia. Ini artinya, jika prioritas konversi itu diberikan kepada PLN dulu, niscaya hal itu akan banyak membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. Studi yang dilakukan Japan International Cooperation Agency di wilayah lereng Gunung Halimun, Jawa Barat, menunjukkan tingkat perkembangan perekonomian masyarakat akibat masuknya jaringan listrik di pedesaan mencapai lebih dari 30 persen. Ini terjadi karena listrik tidak hanya menerangi jalan, tetapi juga menjadikan masyarakat bisa mengikuti acara radio, TV, dan lain-lain sehingga membuka wawasan mereka dan mengerti akses pasar untuk menjual produk-produk hasil buminya.

Konversi: Alat Pembenaran Eksploitasi Gas

Sebenarnya konversi minyak tanah ke elpiji merupakan pembenaran atas eksploitasi gas secara besar-besaran yang berorientasi pada globalisasi pasar bebas dan liberaliasi ekonomi. Kebijakan konversi ini hanyalah upaya Pemerintah untuk mempercepat laju investasi para pemilik modal perusahaan-perusahaan swasta nasional maupun asing untuk menguras sumber energi migas yang ada di Indonesia. Karena itu, bisa disimpulkan bahwa negara telah menjadi alat pihak pebisnis energi untuk memperoleh keuntungan, ketimbang untuk kesejahteraan rakyatnya.

Di sisi lain, pemangkasan subsidi minyak digunakan untuk membayar utang kepada negara donor gara-gara resep yang diberikan oleh IMF dan Bank Dunia sejak Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997-1999 sehingga membuat negeri ini terlilit utang ribuan trilliun rupiah. Ironisnya, proyek-proyek industri ekstraktif beserta turunannya, yang notabene dibiayai dari utang, dikuasai oleh perusahan-perusahaan swasta. Dalam menjalankan proyek itu perusahaan tersebut berkolaborasi dengan perusahaan multinasional (MNC) atau asing. Misal: PT Bakrie Pipe Industries (BPI) memenangkan tender pengadaan pipa senilai US$12,4 juta untuk proyek penyaluran gas dari Pantai Utara Jawa ke PLTGU Muara Karang yang dilaksanakan Beyond Petroleum. Sebelumnya BPI memasok pipa untuk proyek migas skala besar seperti yang dibangun Caltex Pacific Indonesia, Conoco, Pertamina dan masih banyak lagi. Sebagian besar proyek-proyek yang ditawarkan dalam Infrastruktur Project 17-18 Januari tahun 2005 adalah proyek pemipaan gas untuk mendistribusikan gas ke luar negeri.

Mengapa resep yang salah ini digunakan terus? Tidak lain untuk mengamankan mata rantai penghubung kepentingan operasi modal internasional di Indonesia. Hal ini seirama dengan UU No.22/2001 yang memberikan akses sebesar-besarnya bagi pemilik modal untuk menguasai migas Indonesia; mulai dari hulu (eksplorasi dan ekspolitasi) hingga hilir (pengolahan, penampungan, distribusi dan pengecerannya).

Asing Menguasai Sekitar 90% Ladang Migas

Meski migas hakikatnya milik rakyat, kenyataannya 85% ladang migas dikuasai pebisnis asing. Semua sumber gas bumi dengan cadangan besar juga telah dikuasai modal asing. Ada 28 Blok lapangan Migas di Jatim, yang 90%-nya dikuasai oleh korporasi. Blok Cepu dikuasasi Exxon. Blok Pangkah di Kabupaten Gresik dikuasai Amerada Hess. Di Perairan Sampang Madura dikuasai Santos Oyong Australia. Di Tuban-Bojonegoro-Lamongan dan Gresik dikuasasi Petrochina. Dll.

Pada tahun 2000 keuntungan yang diraih Exxon mencapai US $ 210 miliar. Ironisnya, hingga januari 2000 tercatat 59.192 kepala keluarga di Kabupaten Aceh Utara Kecamatan Pidie tergolong prasejahtera (baca: sangat miskin). Hasil survei Pendataan Indeks Kependudukan Terbaru (PIKB) BPS Jatim tahun 2003, bahwa daerah yang kaya sumberdaya alam migas penduduknya banyak yang miskin. Kabupaten Sumenep yang kaya dengan migas, penduduk miskinnya nomor dua se-Jatim. Kabupaten Bojonegoro yang telah ditetapkan kandungan 1,2 miliar barel gas dan minyak 600 miliar barel, masyarakatnya miskin nomor empat se-Jatim.

Yang lebih ironis, di tengah mahal dan langkanya gas di dalam negeri, selama ini ternyata Indonesia mengekspor gas ke luar negeri dengan dengan harga yang super murah. Ini terutama terkait dengan kontrak penjual gas Tangguh ke Cina yang diteken pada masa Presiden Megawati. Kontrak penjualan tersebut—dengan harga flat 3,8 dolar/ mmbtu selama 25 tahun masa kontrak, padahal harga di pasaran internasional saat ini 20 dolar AS—menurut Wapres Yusuf Kalla, berpotensi merugikan negara sebesar Rp 750 triliun (Kompas.com, 29/8/2008). Memang, saat ini Pemerintahan SBY-JK sedang melakukan negosiasi ulang. Namun, jelas hal itu belum menyelesaikan masalah jika pasokan gas di dalam negeri kurang dan harganya tetap mahal sehingga sulit dijangkau rakyat kebanyakan.

Solusi Praktis

Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah praktis yang bisa ditempuh Pemerintah: Pertama: Memfokuskan pelayanan migas di dalam negeri semata-mata untuk kepentingan rakyat, bukan fokus pada ekspor. Kalaupun harus ekspor, jelas itu harus dilakukan setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi dan dengan harga yang semurah mungkin. Kedua: Melakukan negosiasi ulang seluruh kontrak migas dengan pihak swasta/asing, yang nyata-nyata telah merugikan negara. Ketiga: Memanfaatkan seoptimal mungkin sumberdaya alam (migas, emas, batubara, dan lainnya) yang sangat melimpah itu, yang hakikatnya adalah milik seluruh rakyat. Sumberdaya alam tersebut harus dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat, bukan justru dijual atau diserahkan pengelolaannya kepada swasta, baik asing maupun domestik.

Karena itu, langkah yang paling real dan rasional saat ini adalah, negara wajib mengambil-alih kembali kepemilikan serta pengelolaan sumberdaya alam, khususnya di sektor energi, dari tangan para pemilik modal dan menghentikan kontrak-kontrak yang telah terlanjur diberikan kepada korporasi, bukan malah memprivatisasinya. Negara wajib menjadikan energi sebagai sumber kekayaan untuk mensejahterakan masyarakat dan tetap memberikan energi murah kepada rakyat.

Lebih dari itu, untuk mengakhiri penderitaan rakyat akibat dari permasalahan energi di atas, negara harus berani menerapkan syariah Islam—yang notabene bersumber dari Allah, Pencipta manusia dan alam ini—untuk mengatur semua aspek kehidupan masyarakat, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya alam, terutama di sektor energi. Syariah Islam jelas telah mewajibkan agar pengelolaan dan distribusi atas sumberdaya alam yang menguasasi hajat hidup orang banyak berada di bawah kekuasaan negara demi menjamin kesejahteraan rakyatnya. Apalagi sumberdaya alam yang menguasasi hajat hidup orang banyak itu memang milik rakyat. Rasulullah saw. bersabda:

«الْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِي ثَلاَثٍ فِي الْكَلإَِ وَالْمَاءِ وَالنَّارِ»

Kaum Muslim bersekutu (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: padang gembalaan, air dan api (HR Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad).

Khatimah

Akhirnya, kami tidak pernah bosan untuk mengingatkan seluruh rakyat Indonesia, termasuk para pejabat dan para wakil rakyat, bahwa sesungguhnya negeri ini tidaklah akan bisa keluar dari krisis yang membelenggu dan tidak akan mampu membebaskan diri dari segala kelemahan kecuali bila di negeri ini diterapkan syariah Islam secara kaffah. Jika tidak, selamanya negeri ini akan terus didera kesulitan demi kesulitan. Allah SWT mengingatkan:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (syariah), dia berhak mendapatkan kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta (QS Thaha [20]: 124).

Terakhir, kami mengingatkan Pemerintah akan sabda Nabi saw.:

«الَلَّهُمَّ مَنْ وُلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُق عَلَيْهِ»

Ya Allah, siapa saja yang menjadi pengatur urusan umatku, kemudian ia membebani mereka, maka bebanilah dia (HR Muslim).

KOMENTAR AL-ISLAM:

Bush Kirim Pesan Ramadhan (Detik.com, 2/9/2008)

Ingat, Bush dan AS tetaplah penjahat perang yang membantai ratusan ribu Muslim di Afganistan dan Irak sampai hari ini!
Read more...

An-Nadwah Madu Hutan

Menyediakan Madu An-Nadwah, MAdu yang berasal dari Lebah hutan dengan tingkat kemurnian madunya 100% asli.

Harga: Rp 45.000/botol minimal pemesanan 5 botol

Kontak untuk membeli di: 085294952165

Caranya: Tobuko(spasi)madu(spasi)5btl

Kami juga membuka kesempatan bagi anda yang berada di wilayah Bandung dan sekitarnya untuk distribusi An-NAdwah. Dengan harga perbotol yang ditawarkan Rp. 42.000,00




Read more...

Thursday, August 21, 2008

63 tahun, Menuju Akhir Indonesia ?

Indonesia tengah menjejaki usia yang dibilang telah beranjak tua, 63 tahun. Usia yang relatif tidak bisa dibilang muda lagi. Seharusnya, Indonesia telah berada dalam posisi puncak yang tinggal duduk dan dilayani. Namun, pada faktanya Indonesia adalah negeri yang penuh krisis dan dampak. Semisal, dalam bidang kesehatan, Penyakit tropis seperti malaria, Kusta, dan Filariasis(kaki gajah) semakin meninggi. Tercatat pada tahun 2000 penderita kusta di Indonesia berkisar 14.697 dan melonjak tajam mencapai 19.695 penderita pada tahun 2005. Smentara itu penderita kaki gajah mencapai 10.239 pada tahun 2005.Smentara penderita malaria terbanyak terdapat pada provinsi NTT dengan jumlah 70.390 penderita. Ironis memang, keberadaan NAMRU-2 yang seharusnya membantu pemerintah dalam mencegah peningkatan penyakit tropis ini biasa-biasa saja bahkan dipermasalahkan fungsinya, karena diduga menjadi pemasok informasi ke Amerika Serikat.

Krisis Sosial pun nampak terjadi di negeri ini, ini dibuktikan dengan Survei yang diadakan Litbang Kompas di mana dari 863 responden, 80,5% menyatakan makin lemahnya tenggang rasa dan solidaritas sosial, sementara 60,1 % menyatakan Indonesia belum terbebas dari masalah yang ada. (Kompas,Senin 11 Agustus 2008) Survei diatas walaupun tidak mewakili keseluruhan menunjukkan betapa pemerintah sebagai pihak mediator telah leaps tangan dan membiarkan kesenjagan sosial terjadi. Bukan tidak mungkin konflik-konflik yang bermunculan nantinya adalah lebih karena ketidak-adilan terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan oleh pemerintah.
Sementara itu, Pemerintah dinilai lemah dan bertindak setengah hati terhadap kasus-kasus yang menimpa kaum muslim. Pemerintah tidak mengambil tindkaan tegas terhadap pemberitaan Jylands Postens terhadap penghinaan karikatur nabi yang juga di sebarkan 13 media nasional sejumlah negara eropa, Pemerintah pula bertindak setengah-setengah dala mmenumpas gerakan aliran sesat, diantaranya pemerintah hanya menghukum ringan Lia Aminuddin (pemimpin Kaum Lia Eden) yang jelas-jelas menyalahi dan melecehkan Islam. Bahkan ia saat ini telah bebas dan aktif kembali menyebarkanajaran sesatnya, salah satunya beredarnya video mereka terhadap kasus Ahmadiyah pada tanggal 23 Mei 2008 yang dapat dilihat melalui situs video internet terkemuka, youtube. Tidak sampai di situ, Pemerintah pun tidak begitu tegas melarang aktivitas Ahmadiyah, dengan dikeluarkannya SK ”banci” tentang Ahmadiyah. Padahal di negeri kelahirannya saja Ahmadiyah telah dilarang aktivitasnya. Kasus inipula yang menunjukkan betapa mudahnya pemerintah ditekan pihak asing. Penyelesaian kasus 1 Juni 2008, yang lebih dikenal ”Monas Berdarah” yang menyebabkan ketidak-adilan terhadap Habib Rizieq dan Munarman, sehingga kepastian hukum terhadap mereka tidak jelas. Bahkan pemerintah membiarkan AKKBB yang jelas-jelas terbukti melanggar hingga kini tidak satupun aktivisnya yang mendekam dalam penjara.
Kenaikan BBM di bulan mei yang lalu, telah nyata menjauhkan pemerintah dengan rakyat. Pemerintah menganggap bahwa jalan terakhir menghadapi kenaikan BBM ini hanya dengan menaikkan harga BBM. Padahal Indonesia memiliki 60 ladang minyak (basins), 38 di antaranya telah dieksplorasi, dengan cadangan kira kira 77 miliar barel minyak dan 332 triliun kaki kubik (TCF) gas. Kapasitas produksi hingga tahun 2000 baru sekitar 0,48 miliar barrel minyak dan 2,26 triliun TCF. Ini menunjukkan bahwa volume dan kapasitas BBM sebenarnya mampu mencukupi kebutuhan rakyat di dalam negeri. Dengan kenyataan seperti ini, Indonesia bisa untung bahkan kenaikan harga BBM itu bisa ditolak dan tidak pernah digunakan. Namun, pemerintah negeri ini terlalu lemah. Intervensi asing menguasai penuh salah satu hajat hidup orang banyak ini. Salah satunya Exxon mobile. Exxon Mobil tahun 2007 sebesar US$ 40,6 milyar (Rp 373 trilyun) dari pendapatan US$ 114,9 milyar (RP 1.057 trilyun –CNN).
Bagi hasil migas sebesar 85:15 untuk pemerintah dan perusahaan asing baru dilakukan setelah dipotong “Cost Recovery” yang besarnya ditetapkan perusahaan asing. Jika tidak tersisa, Indonesia tidak dapat. Di Blok Natuna setelah dipotong Cost Recovery Indonesia dapat 0 dan Exxon 100% (Kompas, 13 Oktober 2006)?.
Dalam kancah perpolitikan yang menjadi pilar demokrasi, terbukti bahwa keengganan masyarakat untuk ikut serta dalam pemilu telah menjadi bukti nyata aptisnya masyarakat terhadap perpolitikan Indonesia yang kian suram. Bahkan Lembaga Survei Indonesia menempatkan parpol diperingkat ke-3 di bawah media dan ormas dalam aspek merangkul aspirasi rakyat. Apalagi, dengan jumlah 38 partai politik baru (tadinya 34 partai namun, KPU menyetujui putusan PTUN terhadap 4 partai) menunjukkan kebingungan masyarakat terhadap partai mana yang peduli rakyat. Bahkan di dalam partai politik sendiri terkadang terjadi perpecahan yang intinya ingin menjadi penguasa partai ataupun kekecewaan mereka terhadap keputusan musyawarah dan kesepakatan. Pemilihan Kepala Daerah di sejumlah wilayah menunjukkan bahwa Golput menjadi suara mayoritas. Pilkada pun disinyalir sebagai bentuk membual Janji, dan akal-akalan sejumlah orang untuk saling kong-kalikong terhadap rakyat guna meraup keuntungan pribadi. Mungkin, kita tidak berpikir bahwa sebenarnya akibat Pilkada ini, siapapun bisa menjadi gila. Sebagaimana diketahui di beberapa media massa, seorang calon bupati Bojonegoro yang gagal memenangi pemilu, menunggak utang yang digunakan untuk biaya pemilunya. Dan pada akhirnya, calon tersebut stress berat dan menuju kegilaan.
Masalah-masalah yang ada, seperti tumpukan sampah yang telah menggunung, semakin tinggi tumpukan maka semakin orang merasa jenuh melihatnya. Begitulah negeri ini, sejumlah masalah yang bertumpuk gagal diselesaikan oleh pemerintah. Akibatnya jumlah mereka yang putus asa terus bertambah. Bahkan dalam periode 2000-2008 di banyak daerah pengidap Rumah Sakit Jiwa bertambah.
Inilah gambaran usia tua negeri ini, yang tidak mampu lagi berdiri dan layu sebelum berkembang.Kemerdekaan yang ada belum mampu dicicipi dengan kemerdekaan yang nyata, dan dalam realitanya malah kesejahteraan yang diimpikan hanya sebuah harapan yang tak pernah mungkin diraih. Ini semua disebabkan hanya satu hal, yaitu penerapan sistem di Negeri ini adalah sistem boneka yang dititipkan kaum penjajah untuk membatasi perkembangan negeri ini. Sudah selayaknya sistem yang memagn telah merusak ini digantikan dengan Islam, sebagai cahaya kesempurnaan dan kunci jawaban dari segala aspek masalah yang mendera negeri ini. Dan penerapan islam tidak bisa dilepaskan dari keberadaan pemerintahan islam yang biasa disebut KHILAFAH yang telah terbukti nyata memberikan kesejahteraan dan keselamatan selama 14 Abad. Wallahu ‘alam Bisshowab.


Read more...

 
© free template by uniQue menu with : CSSplay photo header : pdphoto